Perdana Menteri Thailand Jeneral Prayut Chan-o-cha beri amaran akan batal perjanjian pembelian kapal selam dari China. (Bangkok Post) |
Dilansir dari defencesecurityasia Thailand dikatakan meminta bantuan Pakistan untuk memberikan informasi terbaru dan rinci tentang mesin kapal selam buatan Tiongkok yang digunakan oleh angkatan laut negara Asia Selatan tersebut, agar negara tersebut dapat mengambil keputusan mengenai hal tersebut. penggunaan mesin pada kapal selam itu akan beroperasi pada tahun depan.
Angkatan Laut Thailand ingin mengetahui lebih banyak dari Pakistan tentang kualitas mesin delapan kapal selam kelas Yuan yang digunakannya.
Delapan kapal selam kelas Yuan buatan China milik Angkatan Laut Pakistan sama dengan kapal selam yang akan dimiliki Thailand, namun pembangunan kapal selam pertama negara Asia Tenggara itu masih tertunda karena kendala mesin.Thailand diyakini masih “waspada” terhadap kualitas dan performa mesin buatan China yang akan digunakan kapal selam kelas Yuan “S26T” sehingga meminta informasi detail mengenai mesin kapal selam tersebut kepada Pakistan.
Namun isu mengenai mesin kapal selam buatan China milik Thailand diyakini akan segera berakhir, dan Bangkok seperti dilansir portal Nikkei Asia terpaksa menerima kapal selam tersebut beserta mesin buatan China tersebut setelah mendapat tekanan dari Beijing.
China, sebagai investor dan mitra dagang terbesar Thailand, disebut-sebut menggunakan tekanan untuk memaksa Thailand menerima mesinnya digunakan oleh kapal selam kelas Yuan yang akan dimilikinya.
Baru-baru ini, Bangkok memberi isyarat bersedia berkompromi dengan Beijing terkait masalah mesin kapal selam.
Bangkok telah memberi isyarat bahwa mereka bersedia menerima kapal selam kelas Yuan meskipun dilengkapi dengan mesin buatan dalam negeri, tidak seperti yang tertuang dalam kontrak pembelian yang ditandatangani pada tahun 2017 yang menjanjikan mesin buatan Jerman.
Hal itu dibenarkan Panglima Angkatan Laut Thailand Laksamana Choengchai Chomchoengpaet yang mengatakan bisa menerima mesin buatan China namun harus bersyarat.
Kami memiliki tiga syarat untuk dipertimbangkan – pertama mesin (buatan China) harus aman. Kedua, Angkatan Laut Tiongkok perlu menjamin mesin yang akan dipasang di kapal selam Thailand Ketiga, harus ada kompensasi atas keterlambatan penggantian mesin. Ini syarat penting dalam pengambilan keputusan apakah kontrak dilanjutkan atau dibatalkan,” ujarnya.
Pada tahun 2017, Thailand setuju untuk menghabiskan sekitar US$400 juta untuk mengakuisisi kapal selam kelas Yuan S-26T dari China Shipbuilding & Offshore International Co (CSOC), dengan pengiriman kapal tersebut diharapkan pada tahun depan (2024).
Namun pembelian kapal selam pertama Thailand menghadapi kendala setelah perusahaan MTU asal Jerman menolak memasok mesinnya, MTU396 ke China menyusul embargo senjata Uni Eropa terhadap China.
Hal ini mengakibatkan pembangunan kapal selam pertama buatan China di Thailand tertunda sejak tahun lalu.
Awalnya, Thailand menolak tawaran CSOC untuk memasang mesin CHD620 buatan China di kapal selam negara Asia Tenggara tersebut dan ingin perusahaan tersebut memenuhi kontraknya sesuai kesepakatan. Bahkan pada November tahun lalu, pemerintah Thailand yang dipimpin Perdana Menteri saat itu Prayut Chan-o-cha menyatakan siap membatalkan pembelian kapal selam dari China jika syarat dalam kontrak tidak dipenuhi
.
Prayut menginginkan kapal selam pertama Thailand yang dibeli dari Tiongkok dilengkapi dengan mesin buatan perusahaan Jerman MTU Friedrichshafen GmbH sebagaimana disepakati dalam kontrak pembelian yang ditandatangani pada 2017. Ia yang saat itu menjabat Menteri Pertahanan Thailand, memerintahkan Angkatan Laut Thailand untuk melakukan yang terbaik namun jika Beijing masih gagal mematuhi kontrak, maka negara Asia Tenggara tersebut harus bersiap membatalkan pembelian kapal selam China tersebut
Apa yang akan kita lakukan dengan kapal selam yang tidak memiliki mesin?”
“Jika kesepakatan tidak dapat dipenuhi, kami harus memikirkan sesuatu untuk menyelesaikannya. Bukankah itu cara kita menyelesaikan masalah,” ujarnya.
CSOC menyatakan, mesin diesel kapal selam buatan China, "CHD 620" memiliki standar dan kemampuan yang sama dengan mesin diesel "MTU 396" buatan perusahaan Jerman, MTU Friedrichshafen GmbH. DSA