Dengan kemampuan untuk berada di udara selama 24 jam dan radius operasi 2.000 km, Iran memberikan gambaran bahwa fasilitas nuklir Israel yang terletak di kota Dimona di gurun Negev sekarang berada dalam jangkauan drone terbaru mereka.
Dimona yang terletak di padang gurun Negev itu menempatkan Shimon Peres Negev Nuclear Research Centre (Pusat Penelitian Nuklir Shemon Peres) yang menjalankan pekerjaan kaji penyelidikan tentang energi nuklir oleh Israel.Di fasilitas bawah tanah di pusat penelitian di Dimona itu menempatkan laboratorium-laboratorium yang digunakan untuk menghasilkan plutonium untuk senjata nuklir Israel.
Israel tidak pernah secara terbuka mengakui keberadaan fasilitas produksi bahan untuk senjata nuklirnya di Dimona.Drone “Mohajer-10” milik Iran itu telah diungkapkan kepada publik pada pesta yang dihadiri Presiden Iran Ibrahim Raisi baru-baru ini.
Dengan kemampuan untuk terbang setinggi 7 km, drone Medium Altitude Long Endurance (MALE) juga mampu terbang sekitar 210 km per jam dan membawa berbagai muatan senjata termasuk bom dan rudal seberat 300 kg.Pada acara itu, Ebrahim mengumumkan bahwa Iran sekarang adalah negara yang paling maju dari teknologi senjata di dunia.
Media Iran melaporkan bahwa negara itu
sedang mengembangkan drone strategis generasi kelima melalui inisiatif lonjakan
dengan menerapkan teknologi Artificial Intelligence, Electronic Warfare dan
pengumpulan informasi sinyal.
Dengan radius operasinya 2.000 km,
drone Mohajer-10 tidak hanya mengancam musuh Iran di Timur Tengah seperti Iran,
tetapi juga Amerika Serikat yang telah meningkatkan jumlah aset dan anggota
tentaranya di wilayah itu.
Di antara aset milik AS yang saat ini ditempatkan di Timur Tengah adalah jet tempur F-35.Akibat larangan senjata oleh masyarakat internasional pada tahun 1979, Iran telah mengembangkan industri senjata dan sekarang, antara lain, memiliki drone berkapasitas tinggi, seperti yang ditunjukkan dalam konflik di Ukraina saat ini.
Teheran dilaporkan telah memasok ribuan drone yang berani mati Shahed-136 ke Rusia yang digunakan oleh Moskow untuk mengedepankan posisi militer Ukraina serta infrastruktur energi miliknya.Karena efektivitas Shahed-136 dalam konflik Rusia-Ukraina, Moskow telah mencapai kesepakatan dengan Teheran untuk menciptakan fasilitas konstruksi drone berani mati di kota Yelabuga di Tatarstan.
Iran juga berencana untuk membangun fasilitas pembuatan drone Shahed-136 di Belarus, yang merupakan sekutu kuat Rusia.Selain konflik Rusia-Ukraina, drone Shahed-136 juga telah digunakan oleh pemberontak Houthi di Yaman untuk menyerang fasilitas minyak dan gas Arab Saudi.Iran mengklaim permintaan pelanggan untuk drone industri pertahanan sangat tinggi saat ini, menjadikannya salah satu eksportir drone utama di dunia saat ini